Jumat, 26 Juni 2015

Hukum Meminta Anak Keturunan yang Baik

 Allah ta’ala berfirman :
{هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ}
 “Di sanalah Zakaria mendoa kepada Rabbnya seraya berkata: “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa” [Ali ‘Imran:38]
Ketika menafsirkan ayat ini Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah menyebutkan beberapa fawaaid, diantaranya :
1 ـ أن جميع الخلق مفتقرون إلى الله، حتى الأنبياء لا يستغنون عن دعاء الله؛ لقوله: { {دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ} }.
Sesungguhnya semua makhluk sangat butuh kepada Allah, bahkan para nabi sekalipun. Mereka tidak merasa cukup dari berdo’a kepada Allah, berdasarkan firman-Nya :
“Zakaria mendoa kepada Rabbnya . . .”
2 ـ إثبات القياس؛ لأنه لما رأى أن الله يرزق هذه المرأة بدون سبب معلوم علم أن الذي يسوق لها الرزق وهي امرأة منقطعة عن التكسب في محرابها قادر أن يرزقه، فيكون الانتقال من الشيء إلى نظيره، وهذا هو نفس القياس؛ إذن هو استدل أو أخذ من هذه القصة عبرة وهو أن يسأل الله أمراً وإن كان مستبعداً.
Menetapkan adanya qiyas, karena ketika nabi Zakaria melihat bahwa Allah memberikan rizki kepada Maryam tanpa sebab yang diketahui,  oleh karena itu dia tahu bahwa yang memberi rizki terhadap wanita yang terputus dari usaha karena berada di dalam mihrabnya mampu untuk memberikan rizki kepadanya. Dia membawa sesuatu kepada sesuatu lain yang semisal, dan ini namanya qiyas. Jadi dia berdalil atau mengambil pelajaran dari kisah ini yaitu dia meminta kepada Allah sesuatu meskipun sesuatu tersebut dirasa sulit.
3 ـ أن الصيغة التي يتوسل بها غالباً في الدعاء هي اسم الرب لقوله (ربه)، ولم يقل: (الله)، ولهذا تجدون أكثر الأدعية مصدرة بالرب؛ لأن إجابة الداعي من مقتضى الربوبية لأنها فِعل، وكل الأفعال من مقتضى الربوبية، فلهذا يتوسل الداعي دائماً باسم الرب، قال النبي عليه الصلاة والسلام: «يمد يديه إلى السماء يا رب، يا رب، يا رب»
Sesungguhnya nama Allah yang biasa digunakan sebagai perantara dalam do’a adalah Rabb. Berdasarkan firman-Nya “Rabbnya” Dia (nabi Zakaria) tidak mengatakan Allah. Oleh karena itu kalian mendapatkan bahwa kebanyakan do’a diawali dengan menyebut Rabb. Karena terkabulnya do’a orang yang meminta termasuk konsekuensi dari Rububiyah Allah ta’ala, yaitu perbuatan-Nya. Semua perbuatan Allah adalah konsekuensi dari Rububiyah-Nya. Oleh karena itu seorang yang berdo’a selalu bertawassul dengan nama Allah Rabb. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Dia menganngkat kedua tangannya ke langit sambil berdo’a : Ya Rabb, ya Rabb, ya Rabb”
4 ـ أن زكريا عليه الصلاة والسلام بلغ سنًّا بعيداً دون أن يأتيه الولد، يؤخذ من قوله: {{وَقَدْ بَلَغَنِيَ الْكِبَرُ} } [آل عمران: 40] .
Sesungguhnya Zakaria ‘alaihissalam telah mencapai usia lanjut dan belum mempunyai anak, berdasarkan firman-Nya “dan sungguh aku telah mencapai usia lanjut” [Al Imran : 40]
5 ـ يستفاد من قوله: { {هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ} } أن الشيء من الكريم يكون عظيماً، حيث أضاف الهبة إلى الله عزّ وجل، وهبة الكريم تكون كبيرة، ونظير هذا قوله صلّى الله عليه وسلّم فيما علمه أبا بكر، الدعاء الذي يدعو به في صلاته، قال: «فاغفر لي مغفرة من عندك وارحمني».
Diambil faedah dari firman-Nya “Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau”  bahwa sesuatu yang berasal dari Yang Maha Mulia itu sangat agung. Hal ini karena nabi Zakaria menyandarkan pemberian kepada Allah ta’ala. Maka pemberian Yang Maha Mulia itu sangat besar. Yang mirip dengan hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam ketika mengajari Abu Bakr sebuah do’a yang hendaknya dipanjatkan dalam shalatnya, Beliau berkata : “Ya Rabb ampunilah aku dengan ampunan dari sisimu dan rahmatilah aku”
 6 ـ أنه لا ينبغي للإنسان أن يسأل مطلق الذرية؛ لأن الذرية قد يكونون نكداً وفتنة، وإنما يسأل الذرية الطيبة.
Tidak selayaknya bagi seseorang meminta kepada Allah anak keturunan secara muthlaq. Karena terkadang anak keturunan justru bisa mendatangkan keburukan dan fitnah. Hanya saja hendaknya meminta anak keturunan yang baik.
7 ـ أنه ينبغي للإنسان أن يفعل الأسباب التي تكون بها ذريته طيبة، ومنها الدعاء؛ دعاء الله، وهو من أكبر الأسباب، وقد ذكر الله سبحانه وتعالى عن الرجل يبلغ أشده أنه يقول: {وأصلح لي في ذريتي إني تبت إليك وإني من المسلمين } ، ولا شك أن صلاح الذرية أمر مطلوب؛ لأن الذرية الصالحة تنفعك في الحياة وفي الممات؛ لقول النبي صلّى الله عليه وسلّم: «إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاثة: إلا من صدقة جارية، أو علم ينتفع به، أو ولد صالح يدعو له».
Selayaknya bagi seseorang untuk mengambil sebab jika dia menghendaki anak keturunan yang baik. Dan diantara sebabnya adalah dengan berdo’a, meminta kepada Allah. Ini termasuk dari sebab terbesar untuk memperoleh anak keturunan yang baik. Dan Allah telah menyebutkan seorang laki-laki yang telah mencapai usia senja berdo’a :
“Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” [Al Ahqaf : 15]
Maka tidak diragukan lagi bahwa baiknya anak keturunan merupakan perkara yang diharapkan. Karena anak keturunan yang baik akan member manfaat kepadamu baik ketika masih hidup atau setelah engkau meninggal dunia. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Jika anak keturunan Adam telah meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalannya kecuali tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang berdo’a untuknya.”
8 ـ التوسل إلى الله تعالى بأسمائه المناسبة للحاجة؛ لقوله: { {إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ} }، أي مجيبه، وهكذا ينبغي أن تكون الأسماء التي يتوسل بها الإنسان في دعائه مناسبة للمدعو به، فالداعي بالمغفرة يتوسل باسم الغفور وبالرحمة، والداعي بالرزق يتوسل باسم الرزاق وهكذا، ويدل لهذا أيضاً قوله تعالى: {{وَلِلَّهِ الأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا}} [الأعراف: 180] ، وقوله: {{فَادْعُوهُ بِهَا}}، يتناول دعاء المسألة ودعاء العبادة؛ دعاء المسألة أن تجعلها وسيلة لدعائك، ودعاء العبادة أن تتعبد لله تعالى بمقتضاها، فإذا علمت أنه سبحانه (غفور) فتعرَّض لمغفرته، وإذا علمت أنه (رحيم) كذلك وهكذا.
Bertawassul kepada Allah ta’ala dengan nama-nama-Nya yang sesuai dengan kebutuhan yang akan kita minta. Berdasarkan firman-Nya “Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a” yaitu mengabulkan do’a.
Demikianlah seharusnya yaitu nama-nama Allah yang digunakan untuk tawassul seseorang dalam do’anya hendaknya sesuai dengan isi dari do’a yang dipanjatkan. Orang yang berdo’a meminta ampunan hendaknya bertawassul dengan nama Allah Al Ghafur dan Ar Rahim, orang yang berdo’a meminta rizki hendaknya bertawassul dengan nama Allah Ar Razzaq, dan seterusnya. Yang menunjukkan hal ini pula adalah firman Allah ta’ala “Dan hanya milik Allah nama-nama yang baik maka berdo’alah kepada-Nya dengan menggunakan nama-nama tersebut” [Al A’raf : 180]
Firman Allah “dan berdo’alah kepadanya dengan menggunakan nama-nama-Nya” mencakup do’a masalah dan do’a ibadah. Do’a masalah yaitu engkau menjadikan nama-nama Allah tersebut sebagai wasilah untuk do’amu dan do’a ibadah yaitu engkau beribadah kepada Allah dengan konsekuensi dari nama-nama Allah tersebut. Jika engkau tahu bahwa Allah adalah Al Ghafur maka engkau meminta ampun kepada-Nya, demikian pula jika engkau tahu bahwa Allah adalah Ar Rahim dan seterusnya.
9 ـ إثبات سمع الله وكرم الله وقدرته.
وجه ذلك: أنه يسمع الدعاء، ويجيب من دعاه، وقادر على الإجابة.
Penetapan pendengaran, kemulian dan kemampuan bagi Allah ta’ala. Sisi pendalilannya : bahwa Allah mendengar do’a dan mengabulkan do’a dan dia mampu untuk mengabulkan do’a.
Sumber : http://www.ibnothaimeen.com/all/books/article_18335.shtml
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Tafsir Ibnu Katsir 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all