Jumat, 26 Juni 2015

Pengertian Shalawat (Lengkap)

Pengertian Shalawat

Shalawat menurut bahasa : Ada dua makna:

1. Do'a dan mendo'akan agar diberkahi.

2. Ibadah

Sebagaimana firman Allah :

خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (at-Taubah : 103).[1]

 Shalawat menurut syar’i : Shalawat menurut syar’i sebagaimana para ulama memaknainya, diantaranya para mufasirin mereka menyebutkan shalawat adalah pujian kepada nabi nabi .

 Makna shalawat kepada Nabi adalah sebagaimana firman Allah  :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya .” (al-Ahzab : 56)

 Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat ini, bahwa Imam Bukhari meriwayatkan, Abu ‘Aliyah berkata : Shalawat Allah adalah pujian-Nya kepada Nabi di sisi Malaikat. Sedangkan shalawat para Malaikat adalah do’a.[2]

 Yang dimaksud dengan ayat ini adalah bahwa Allah mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya tentang kedudukkan seorang hamba dan Nabi-Nya di sisi-Nya di alam tinggi. Yaitu Allah memujinya di sisi para malaikat muqorrobiin, dan para malaikatpun bershalawat kepadanya. Kemudian Allah  memerintahkan penduduk alam bawah (bumi) untuk mengucapkan shalawat dan salam kepadanya, agar menyatu antara pujian yang di alam atas dan penghuni alam bawah seluruhnya.[3]

“Dengan ayat ini Allah memuliakan Rasul-Nya baik semasa hidup maupun setelah beliau wafat, disebutkan pula kedudukan beliau; selain itu dengan ayat ini pula Allah membersihkan seluruh kesalahan diri dan keluarga beliau. Sehingga, makna shalawat Allah atas beliau adalah rahmat dan ridha-Nya, adapun shalawat dari malaikat adalah do’a dan istighfar, sedangakan shalawat dari umatnya adalah do’a dan menghormati serta mengagungkan perintahnya”, ungkap Imam al-Qurthuby dalam tafsirnya.[4]

Selanjutnya Ibnu Katsir menambahkan bahwa bukan hanya satu ulama’ yang berkata : Shalawat Rabb adalah rahmat sedangkat shalawat malikat adalah istighfar. Diantaranya Ibnu Abbas  sebagaimana yang disebutkan oleh Imam as-Suyuthi dalam tafsirnya bahwasannya Imam Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata tentang ayat ini: Shalawat Allah kepada Nabi adalah pengampunan-Nya, karena sesungguhnya Allah  tidak bershalawat (berdo’a) melainkan mengampunkan. Adapun shalawat manusia atas Nabi adalah istighfar (permohonan ampun kepada Rabbnya).[5]

Ibnul Qoyyim -Rahimahullah- berkata dalam buku “Jalaul Afham”: “Artinya bahwa jika Allah & malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Rasul-Nya, maka hendaklah kalian juga bershalawat & salam untuknya karena kalian telah mendapatkan berkah risalah & usahanya, sebagai kemuliaan di dunia & di akhirat.”[6]

Banyak pendapat tentang pengertian Shalawat untuk Nabi , & yang benar adalah seperti apa yang dikatakan oleh Abul Aliyah: “Sesungguhnya Shalawat dari Allah itu adalah berupa pujian bagi orang yg bershalawat untuk beliau di sisi malaikat-malaikat yang dekat” (Imam Bukhari meriwayatkannya dalam Shahihnya dengan komentar yang kuat) Dan ini adalah mengkhususkan dari rahmat-Nya yg bersifat umum. Pendapat ini diperkuat oleh syekh Muhammad bin ‘Utsaimin.

Salam: Artinya keselamatan dari segala kekurangan & bahaya, karena dengan merangkaikan salam itu dengan sholawat maka kitapun mendapatkan apa yang kita inginkan & terhapuslah apa yang kita takutkan. Jadi dengan salam maka apa yang kita takutkan menjadi hilang & bersih dari kekurangan & dengan sholawat maka apa yang kita inginkan menjadi terpenuhi & lebih sempurna.[7]

[1]  Muhammad Bin Abi Bakrin Ayub Az-Zur’I Abu Abdillah, Jalaul Afham Fi Fadhlis Sholati ‘Ala Muhammad Khoirul Anam (Jalaul Afham Ibnu Qoyyim), Kuwait, Darul ‘Urubah, Cet II, 1407 H / 1987 M. (Software Maktabah Syamilah)  juz : 1, hal : 155.

[2] Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, cet III 1427 H/ 2006 M,  Jilid: VI, hal: 519. Abu Tsana’ Syihabuddin Sayyid Mahmud al-Alusi al-Baghdadi,  Ruhul Ma’ani Fii Tafsiril Qur’anil ‘Azhim Was Sab’u Matsani, Juz XXI hal 590. Imam as-Suyuthi juga menyebutkan dalam tafsirnya (ad-Durul Mantsur Fi Tafsiril Ma’tsur, Juz: VI, hal: 646) bahwa Abdun bin Humaid, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Abu ‘Aliyah.

[3] Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, cet III 1427 H/ 2006 M, Jilid : VI, hal: 520.

[4] Abi Abdillah Muhammad bin Ahmad al-Anshori al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkam Qur’an, al-Qohiroh, Daarul Hadits, Thn Terbit 1423 H/2002 M. Juz : VII, hal : 523

[5] Imam Abdurrahman Jalaluddin as-Suyuthi, ad-Durul Mantsur Fit Tafsiril Ma’tsur, Beirut Lebanon, Daar Fikr, Thn terbit 1414 H/1993 M.  Juz : VI,  hal : 646.

[6] Muhammad Bin Abi Bakrin Ayub Az-Zur’i Abu Abdillah, Jalaul Afham Fi Fadhlis Sholati ‘Ala Muhammad Khoirul Anam (Jalaul Afham Ibnu Qoyyim al-Jauziyyah), Kuwait, Darul ‘Urubah, Cet II, 1407 H / 1987 M. (Software Maktabah Syamilah), Juz : I, hal : 162.

[7] http://pinturizqi.wordpress.com/2009/12/05/pengertian-shalawat-nabi/  diakses pada 17 januari 2012 M.
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Tafsir Ibnu Katsir 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all