Senin, 29 Juni 2015

Kesyirikan Dalam Shalawat Badar

Jurnalmuslim.com - Shalawat dan salam kepada Nabi adalah hal yang dianjurkan oleh Allah bagi kaum muslimin, sebagaimana firman Allah :

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً



“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi . Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”  (al-Ahzab : 56)



Ibnu Katsir Rahimahullah dalam menjelaskan maksud ayat diatas berkata bahwa Allah  mengabarkan kepada para hambanya tentang kedudukan hamba dan Nabi-Nya di sisi makhluk-Nya yang tinggi. Dimana Allah  memujinya di hadapan para malaikat yang dekat, dan para malaikat pun bershalawat kepadanya. Kemudian (Allah ) memerintahkan penduduk jagad raya bagian bawah (penduduk bumi) agar bershalawat dan mengucapkan salam atasnya, sehingga berkumpul segala pujian atasnya dari dua penghuni alam jagad raya yang di atas dan di bawah.[1]



Selain itu, Rasulullah  melalui lisannya yang mulia juga telah menjelaskan :

من صلى علي صلاة واحدا صلي الله عليه وسلم عشر صلوات وطت عنه عشر خطيئات ورفعت له عشر درجات



“Barang siapa yang bershalawat kepaku dengan satu shalawat, maka Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali dengan shalawat yang diucapkannya itu, menghapus darinya sepuluh kejelekan, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan.” (HR. an-Nasa-I, no : 1297, dalam as-Sughro dari Anas bin Malik ; shahih)



عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلّى الله عليه و سلّم : لا تجعلوا بيوتكم ولا تجعلوا قبري عيدا و صلوا عليّ فإنّ صلاتكم تبلغني حيث كنتم



Dari Abu Hurairah  bahwa Rosulullah  bersabda: “Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian kuburan, dan janganlah kalian menjadikan kuburanku sebagai tempat perayaan, bersholawatlah kepadaku karena sesungguhnya ucapan sholawat kalian akan sampai kepadaku dimanapun kalian berada.” [HR.Abu Daud no.2044 dengan sanad hasan]



Shalawat kepada Nabi memang dianjurkan dalam islam, tetapi itu harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Jangan menggunakan shalawat-shalawat yang diada-adakan yang tidak ada tuntunannya dari Nabi, apalagi ada hal-hal yang berbau syirik atau bid’ah, maka hal itu dilarang.



Di dalam shalawat badar yang terdiri dari 28 bait itu, banyak orang menganggap bahkan meyakini bahwa shalawat badar itu mengandung fadhilah dan faedah yang besar sekali bagi siapa yang membiasakan membacanya.



Antara lain mereka menyakini shalawat tersebut untuk memohon keselamatan, bisa menghilangkan semua kesusahan, kesempitan dan segala yang menyakitkan; selamat dari bahaya musuh; untuk menangkis orang-orang yang berbuat kema’shiatan dan kerusakan, untuk memperoleh ampunan Allah, dihindarkan dari marabahaya dan bencana, mohon keuntungan dan meluaskan rezeki serta mendapatkan keberkahan dan sebagainya , dengan sebab berkah sahabat ahli badar. Selain itu juga mendapatkan pahala yang besar membaca shalawat ini.[2]



Keyakinan seperti ini adalah keyakinan yang salah, karena mengannggap suatu amalan bisa menjadikan hal-hal di atas terkabulkan, apalagi amalan yang tidak ada contohnya dari nabi dan sahabatnya (amalan bid’ah).



Dan seandainya mereka menggunakan shalawat ini untuk bertawasul kepada Nabi  supaya Allah mengabulkan keinginannya, maka ini adalah jenis tawasul yang tidak diperbolehkan karena bertawasul dengan orang yang sudah mati itu dilarang. Dan seandainya mereka mengucapkan shalawat ini karena bertawasul dengan kedudukan Nabi atau dengan dzat (pribadi) nya Nabi , maka hal ini adalah  adalah keyakinan yang salah bahkan termasuk syirik.[3]



Karena tidak ada yang bisa mendatangkan manfaat dan bahaya di alam jagad raya ini kecuali hanya allah semata. Allah berfirman :

قُلِ ادْعُواْ الَّذِينَ زَعَمْتُم مِّن دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً أُولَـئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُوراً



“Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (al-Isra’ : 56-57)



Para ahli tafsir mengatakan, ayat di atas turun sehubungan dengan sekelompok orang yang berdo’a dan meminta kepada isa al-masih, malaikat, dan hamba-hamba Allah yang shalih dari jenis makhluk jin.

[1] Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, Cet III 1427 H/ 2006 M,  Juz III, hal : 508.

[2] Dr. Muhammad Utsman al-Khusyt, Kumpulan Keistimewaan Shalawat Nabi Ditinjau Dari Beberapa Segi, Bandung, Husaini Bandung, Maret 1990 M, hal : 87.

[3] Lihat Abu Anas Ali bin Husain Abu Lauz, Kupas Tuntas Tentang Tawasul, Jati Negara Jakarta Timur, Darus Sunnah Press, Cet II, 2011 M. hal : 68.

(nisyi/jurnalmuslim.com)
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Tafsir Ibnu Katsir 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all