Senin, 29 Juni 2015

Pendapat Ahli Tafsir Mengenai Makna al-Wasilah

Jurnalmuslim.com - Ibnu Jarir Rahimahullah berkata ketika menafsirkan firman Allah  yang berbunyi, “Dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadaNya (wasilah)”[1], “Hendaklah kalian berupaya mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan yang Dia ridhai.” Kata wasilah adalah wazan dari al-fa’ilah dari perkataan orang yang mengatakan, “Tawassaltu ila fulan bi kadza (saya bertawasul kepada fulan dengan ini dan itu), yang berarti, “Saya mendekatkan diri kepadanya.”[2]

 Az-zamakhsyari Rahimahullah berkata, “Al-wasilah adalah setiap sesuatu yang dengannya seseorang dapat bertawasul, yakni mendekatkan diri baik kepada kerabat, benda atau selainnya, lalu kata ini dipergunakan untuk bertawasul kepada Allah  dengan melakukan ketaatan dan meninggalkan segala kemaksiatan.[3]

Ibnu Katsir Rahimahullah menukil riwayat Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat yang sama, yaitu al-Qurbah. Demilian pula yang dikatakan oleh Mujahid, Abu Wail, al-Hasan, Qatadah, Abdullah bin Katsir, as-Suddi, Ibnu Zaid dan selainnya. Dan Qatadah berkata, “Mendekatlah kalian kepada Allah  dengan mentaatiNya dan melakukan perbuatan yang dia ridhai.” Dan inilah yang dikatakan para imam-imam, tidak ada perbedaan pendapat dikalangan para ahli tafsir tentang hal itu.[4]



Abu as-Su’ud Rahimahullah berkata, “al-Wasilah dari wazan al-Fa’ilah yang berarti apa yang dengannya seseorang dapat bertawasul dan mendekatkan diri kepada Allah dengan ketaatan kepada-Nya dan meninggalkan maksiat. Artinya, ia mendekatkan diri kepada Allah dengan sesuatu.”[5]



Al-Baidhawi Rahimahullah berkata, “al-Wasilah adalah apa yang dengannya kalian mendekatkan diri kepadan pahala-nya dan kedekatan kepada-nya dengan melakukan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan, dan barang siapa yang bertawasul dengan hal itu maka ia telah mendekatkan diri kepada-nya.”[6]



Dari pengertian di atas, didapati bahwa tidak seorangpun  dari mereka yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan wasilah itu ialah meminta pertolongan kepada orang-orang yang sudah meninggal, atau menjadikan mereka sebagai perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah .

[1]  Al-maidah : 35.

[2] Abu Ja’far Muhammad bin Jarir At-Thobari, Jami’ul Bayan ‘An Ta’wilil Ayatul Qur’an, Daar ‘Alimil Kutub, Cet. I Thn. 1424 H / 2003 M. Juz : 6, hal : 226.

[3] Abu al-Qasim Mahmud bin az-Zamakhsari al-Khowarizmi, al-Kasyaf 'An Haqoiq at-Tanzil Wa 'Uyunu al-Aqowil Fi Wujuhi at-Ta'wil, Tahqiq : 'Abdur-Razaq al-Mahdy, Beirut, Daar Ihya' at-Turots al-'Aroby, Juz 1, hal 662. (Software Maktabah Syamilah)

[4] Imaduddin Abul Fida’ Isma’il bin Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adhim (Terjemahan), Pentahqiq DR. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Pustaka Imam Syafi’i, Cet III 1427 H/ 2006 M. juz : 2, hal : 52.

[5] Muhammad Bin Muhammad al-'Amady Abu as-Su'ud, Irsyad al-'Aqli as-Salim Ila Mazaya al-Qur'an al-Karim (Tafsir Abi as-Su'ud), Beirut, Daar Ihya' at-Turots al-'Aroby, Juz : 3, hal : 32. (Software Maktabah Syamilah)

[6] Lihat Anwar at-Tanzil, al-Baidhawi (1/273)

(nisyi/jurnalmuslim.com)
Share on :

0 komentar:

Posting Komentar

 
© Copyright Tafsir Ibnu Katsir 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all