Facebook Pages

Popular Posts

Masya Allah..... Meski Hilang Akal, Laki-Laki Ini Masih Hafal Ayat-Ayat Al-Quran (Video)

Rabu, 12 Agustus 2015

Jurnalmuslim.com - Sebuah rekaman video menampilkan seorang yang dikatakan telah gila, namun masih tetap bisa membacakan hafalan Al-Qurannya. Bahkan bacaan itu dilakukannya dengan cukup merdu.

Dalam video yang diunggah ke situs Youtube oleh pemilik akun ‘Al-Quran Hayati’, Selasa (4/8/2015), seorang yang tidak disebutkan namanya, membaca Al-Quran surat Al-Kahfi. Dari pakaian dan tindak-tanduknya duduk di depan sebuah toko buku, dapat disimpulkan bahwa laki-laki ini telah gila. Tentang di mana video ini diambil, suara-suara percakapan dalam video menunjukkannya diambil di Mesir.

Pengunggah video ini menuliskan sebuah komentar, “Semoga Allah Taala menulis amalan kecil ini (mengunggah video) dalam timbangan amal kebaikan kami. Orang-orang mengatakan bahwa laki-laki ini gila. Tapi mereka sangat terheran-heran dengan merdu bacaan Al-Qurannya. Maha Suci Allah, akalnya telah hilang, tapi bacaan Al-Qurannya tetap terjaga.(dakwatuna)

Berikut Videonya:

Read Post | komentar

Masya Allah, Satu Gerbong Kereta Api Ini Penuh dengan Suara Al-Qur’an

Jurnalmuslim.com - Ada pemandangan yang tidak lazim di kereta rel listrik (KRL) rute Parung Panjang-Tanah Abang, Kamis (25/6) siang.

Lantunan merdu ayat Alquran terdengar sayup-sayup di salah satu gerbong kereta tersebut. Suaranya seakan sahut-menyahut. Kadang lantunan itu jelas, kadang seakan hilang karena kalah dengan kerasnya decit bunyi rem kereta. Suara-suara merdu Alquran itu dilantunkan puluhan remaja perempuan yang memenuhi bangku di gerbong ketiga.

Karena kebetulan penumpang tak terlalu berjubel, mereka tampak rapi duduk memenuhi bangku di sisi kanan dan kiri. Tangan sekitar 80-an perempuan berhijab itu tampak memegang erat Alquran kecil karena KRL sering bergoyang-goyang. Kendati begitu, mereka tampak khusyuk mendaras Alquran meski penumpang juga keluar masuk ketika KRL berhenti tiap stasiun.

Puluhan pendaras dadakan ini merupakan santri-santri putri Pesantren Terpadu Darul Quran Mulia Gunung Sindur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Keberadaannya di KRL di siang nan terik itu bukan untuk promosi KRL ataupun kegiatan pesantren. Layaknya penumpang lain, mereka tengah bepergian. ”Kami naik dari Serpong mau ke Bekasi, silaturahmi ke salah satu teman sekaligus khataman,” ujar Jihan Afifah, 15, salah satu santri.

Kehadiran Afifah dan puluhan teman-temannya tak ayal menyulap gerbong KRL seakan menjadi pesantren dadakan. Suasana gerbong ramai dengan para penumpang, tapi bukan penumpang biasa, melainkan yang tengah mengaji dan sebagian lagi menghafal Alquran. Soal mengaji di KRL, Afifah mengaku sama sekali tak diperintah oleh pimpinan ponpes.

Sebagai santri ponpes penghafal Alquran, menurut remaja asal Tanah Abang, Jakarta Pusat ini, Alquran adalah kitab suci yang tak bisa dilepaskan dari aktivitas hariannya. Lebih-lebih di bulan yang penuh berkah dan limpahan pahala ini, menurut dia, para santri berlomba mendaras sebanyakbanyaknya. ”Alhamdulillah puasa ini sudah khatam satu kali,” ujar remaja yang belum lama ini khatam menghafal 30 juz Alquran tersebut.

Atiqah, 15, santri lainnya juga mengaku sudah hafal Alquran setelah tiga tahun mondok di Darul Quran Mulia. Seusai kelulusan, Atiqah dan santri lain kini diberi kebebasan sejenak memegang ponsel. Di sela mengaji di KRL, mereka juga sesekali membuka-buka ponsel untuk chatting, mendengarkan musik lewat headshet atau sekadar bermain.

Meski pemandangan tak biasa, kehadiran puluhan santri ini justru mendapat sambutan baik sejumlah penumpang lain. Mereka tampak tak terganggu. Bahkan mereka menilai hal ini bisa jadi inspirasi agar penumpang terbiasa memanfaatkan waktu luang, lebih-lebih saat Ramadan. ”Jujur salut, perlu dibudayakan di luar Ramadan,” ujar Ramli, salah satu penumpang asal Ciputat, Tangerang Selatan.
Di Bulan Suci dan di tengah kesibukan yang tinggi, banyak warga Jakarta memang terpaksa menjalankan ritualritual ibadah sunah di ruang publik. Mereka tetap berupaya mencari keberkahan Ramadan ini tanpa mengurangi intensitas pekerjaannya. Basori, PNS yang berkantor di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat mengaku tiap di KRL sebisa mungkin dia menyempatkan untuk mendaras Alquran.

Tak harus menenteng kitab suci, mendaras kini lebih praktis seperti lewat smartphone. Dengan cara ini, dia berupaya bersikap adil (ta’ adul ) dalam membagi waktu antara bekerja dan beribadah. Banyaknya keutamaan dan keberkahan di bulan Ramadan membuat orang tak ingin melewatkan begitu saja.

Umumnya mereka merasakan keteduhan yang sangat berbeda saat menjalankan ibadah ketimbang hari biasa. Bahkan Ramadan justru terasa lebih merekatkan persaudaraan antarsesama. ”Saya pernah saat berbuka di KRL, tanpa dikomando penumpang saling berbagi takjil. Ini keren dan membuat trenyuh,” tutur Mubarak, warga Depok.

Mengaji, saling menghargai sesama (tasamuh ), dan berbagi inilah potret kecil tradisi pesantren yang tak terasa telah dilakukan sebagian orangorang Jakarta kala di ruang publik. Di tengah tekanan hidup ibu kota yang kian ketat, nilai-nilai spiritualitas, kesederhanaan dan kebersahajaan itu menjelma meski baru sebatas kala Ramadan. [Sumber: koran-sindo.com]
Read Post | komentar

Polda Sumatera Selatan Rekrut Polisi dengan Jalur Penghafal Quran

Bripda Rizka Munawwaroh (kiri) berlatih hafalan Alquran di hadapan rekan-rekan dan pembinanya di masjid Polda Sumsel, Kamis (16/4). Foto: Bayu Putra/Jawa Pos
Jurnalmuslim.com - Sejak tahun lalu, Polda Sumatera Selatan membuat terobosan dalam merekrut polisi baru. Yakni, melalui jalur hafiz atau penghafal Alquran. Mereka mendapatkan enam polisi muda. Seorang di antaranya perempuan.

Lantunan ayat suci Alquran terdengar lembut di ruang utama masjid Mapolda Sumatera Selatan, Kamis (16/4). Suara merdu itu berasal dari seorang polwan berjilbab yang duduk di salah satu sudut ruang utama. Matanya

Polwan itu bernama Bripda Rizka Munawwaroh, satu di antara enam hafiz yang direkrut Polda Sumsel. Dia adalah satu-satunya hafizah karena lima rekannya laki-laki. Siang itu dia sedang melakukan taqrir atau mengulang hafalan di bawah bimbingan salah seorang rekannya, Bripda Jamzan, yang telah hafal 30 juz.

Setelah sesi taqrir, Rizka masih menyempatkan bercanda dengan lima rekannya. Beberapa rekannya mencandai polwan belia itu dengan memanggilnya Humaira (panggilan Nabi Muhammad kepada istrinya, Aisyah). Tak pelak, Rizka pun tersipu.

Rizka direkrut sebagai polisi di lingkungan Polda Sumsel bersama lima hafiz lainnya. Yakni, Jamzan, Muhammad Husein, M. Galeh Prima, Muhammad Arif Rafli, dan Welly Kaswara. Mereka direkrut secara khusus oleh Saiful Arifin dan Bripka Mudholal, staf di Biro SDM Polda Sumsel, setelah mendapat instruksi dari Karo SDM Kombes Mustaqim.

Upaya talent scouting itu tidak berlangsung mudah. Enam anak muda tersebut mengaku sebelumnya tidak membayangkan akan menjadi anggota polisi. Apalagi mereka sempat sedikit resistan dengan sistem rekrutmen Polri karena mengira dibutuhkan biaya untuk menjadi polisi.

’’Saya berupaya terus meyakinkan ustadnya Rizka bahwa rekrutmen Polri tidak dipungut biaya,’’ tutur Bripka Mudholal ketika ditemui Jawa Pos di Mapolda Sumsel, Kamis lalu.

Mereka memang direkrut berdasar prestasinya sebagai penghafal Alquran. Karena itu, tidak semua persyaratan calon anggota Polri mampu mereka penuhi. Mudholal pun perlu melatih fisik dan mental para hafiz tersebut selama tiga bulan sebelum masuk sekolah calon bintara (secaba). Hasilnya tidak sia-sia. Enam hafiz itu dinyatakan lolos seleksi calon bintara dengan hasil memuaskan.

Selain bertugas sebagai polisi, kini enam penghafal Alquran tersebut mendapat tugas menyempurnakan hafalan Alquran mereka. Hasilnya, Husein dan Jamzan sudah hafal 30 juz, Rizka hafal 19 juz, Arif 17 juz, serta Galeh dan Welly masing-masing masih 12 juz.

Menariknya, keenamnya tidak menyangka akhirnya menjadi polisi yang hafal Alquran. Husein, misalnya, baru merasa tertarik menjadi hafiz setelah ayahnya meninggal beberapa tahun silam.

’’Saya dapat cerita dari teman-teman bahwa ayah saya ingin punya anak yang hafal Alquran,’’ tuturnya.

Semasa hidup, sang ayah tidak pernah mengomunikasikan keinginan tersebut langsung kepada Husein. Dari situlah, Husein mulai belajar dan menghafal Alquran. Hebatnya, dia mampu menyelesaikan hafalan Alquran itu dalam waktu empat tahun.

Tahun lalu Husein ditawari Saiful Arifin, PNS di Mapolda Sumsel yang juga tetangganya, untuk ikut seleksi calon bintara. Dengan berbagai pertimbangan, Husein akhirnya menyanggupi tawaran itu. Padahal, semula dia ingin menjadi ulama.

”Orang tua ingin saya kembali ke Padang dan menjadi ulama di sana,” tutur pemuda kelahiran 2 Januari 1995 itu.

Lain lagi dengan Jamzan. Dia menuturkan, awalnya dirinya dipaksa orang tua untuk bisa menghafal Alquran. Karena itu, dia melakukannya tidak sepenuh hati. Namun, dalam perjalanannya, pikiran Jamzan berubah. Dia merasa keenakan sehingga makin bersemangat menghafal Alquran. Dalam waktu empat tahun dia bisa menuntaskan hafalan 30 juz.

Seperti halnya Husein, Jamzan sempat ragu ketika ditawari Saiful untuk ikut seleksi calon bintara. ”Saya awalnya mikir masuk polisi itu harus pakai uang,” tuturnya.

Tapi, setelah diyakinkan Saiful, Jamzan baru percaya. Bahkan, dia membuktikan sendiri omongan Saiful. ”Saya tidak mengeluarkan uang sama sekali,” ujarnya.

Sementara itu, Galeh bisa menghafal Alquran karena iri dengan kakak kelasnya di SMA. Kakak kelasnya tersebut sudah hafiz, dan dia ingin mengikuti jejaknya. Setelah menghafal sejumlah juz, Galeh juga ikut direkrut tim talent scouting Polda Sumsel.

Galeh mengaku punya motivasi tersendiri untuk menjadi polisi meski awalnya tidak pernah berpikir untuk menjadi anggota korps baju cokelat itu. Sebagai anak pertama di antara lima bersaudara, dia ingin segera mandiri. ”Biar tidak menyusahkan orang tua lagi,” ucapnya.

Dia juga punya keinginan, apabila program hafalan Alquran sudah selesai, dirinya menargetkan bisa masuk ke jajaran reserse. ”Banyak ilmu kepolisian di reserse. Itu yang membuat saya tertarik,” tambahnya.

Sebagaimana polisi hafiz lainnya, Arif Rafli dan Welly Kaswara diajak untuk mendaftar sebagai calon bintara melalui jalur hafalan Alquran. Arif mulai menghafal Alquran saat kelas I madrasah tsanawiyah. Begitu pula Welly. Namun, keduanya belum hafal 30 juz. Karena itu, mereka terus berusaha menambah hafalan di sela-sela tugas pendidikan.

Untung, Sekolah Polisi Negara (SPN) memberlakukan ibadah tepat waktu kepada siswa yang beragama Islam. Kesempatan itulah yang dimanfaatkan Welly untuk meningkatkan hafalannya. ”Setiap setelah salat, saya menambah hafalan selama 15 menit,” ucapnya.

Saat menjadi imam salat juga dimanfaatkan Welly untuk mengetes hafalan Alquran.

Apa tidak diprotes jamaah? Sembari tersenyum, Welly mengakui kadang jamaah protes karena bacaan suratnya terlalu panjang. ”Tapi, yang sering diprotes Husein. Kadang salat subuh sampai setengah jam,” ucapnya sambil tertawa. Husein pun diingatkan pembinanya bahwa salat jamaah yang dipimpinnya berlokasi di SPN, bukan di pesantren.

Hafizah Rizka punya cerita tersendiri saat akan direkrut sebagai polwan. Dia tidak mendapatkan restu dari orang tuanya, khususnya sang bunda. ”Ibu sempat tidak setuju, khawatir hafalan Alquran saya hilang kalau jadi polisi,” tuturnya. Sang ibu juga khawatir Rizka harus melepas jilbab saat menjadi polisi.

Ayahnya kemudian mengambil peran untuk meyakinkan ibu Rizka sehingga akhirnya Rizka disetujui menjadi polisi. Dia lalu menjalani pelatihan pra-tes untuk menyiapkan fisik dan mental sebagai pelayan masyarakat.

Cobaan berikutnya datang saat menempuh pendidikan di SPN tahun lalu. Sebab, Rizka tetap mengenakan jilbab sebagaimana kebijakan Kapolri Jenderal Sutarman yang membolehkan polwan mengenakan jilbab. Namun, tak lama kemudian, kebijakan itu ditarik.

Rizka yang saat itu menjalani pelatihan di Sekolah Polwan Ciputat, Jakarta, diminta melepas jilbab atau dipulangkan ke Palembang. Dara kelahiran 15 Agustus 1995 itu merasa dilematis. Dia sempat stres dan nyaris akan memilih mundur. Tidak lama kemudian, Mudholal yang mendapat kabar tentang Rizka pun datang ke Jakarta.

Mudholal lalu mengajak Rizka berjalan-jalan ke ruang publik di Jakarta hingga tiba waktu salat. ”Itu banyak yang memakai jilbab, tapi saat waktunya salat mereka memilih untuk menunda,” tutur Mudholal yang kemarin mendampingi Rizka. ”Saya bilang ke dia (Rizka), jilbab yang sebenarnya ada di hati,” lanjutnya.

Akhirnya Rizka bersedia melepaskan jilbabnya. Salah satu pertimbangannya, di sekolah polwan itu tidak ada siswa laki-laki. ”Meski saya malu samaAllah,” ucap Rizka.

Kerelaannya itu berbuah manis. Wakapolri Komjen Badrodin Haiti (kini telah menjadi Kapolri) akhirnya membuat keputusan yang memperbolehkan polwan mengenakan jilbab.

Bagi Rizka, menjadi hafiz membuat tanggung jawabnya menjadi besar. Dia pantang melakukan sejumlah hal yang berpotensi membuat hafalannya hilang. ”Misalnya, pacaran. Itu bisa membuat hafalan hilang,” urainya.

Rizka pernah kehilangan hafalannya cukup banyak. Yakni, saat dia belum menjadi polisi. Kala itu dia pergi dengan sejumlah rekannya untuk bersenang-senang. Akibatnya, dia sampai lupa waktu dan tenggelam dalam sukacita. Dia bersedih saat mengetahui hal itu.

’’Alhamdulillah, saya punya mentor yang luar biasa sabar. Beliau seorang tunanetra, tapi mampu memberi saya motivasi untuk tidak menyerah,’’ jelas Rizka.

Saat ini enam polisi hafiz itu tinggal di kediaman Mudholal. Mereka tidak hanya dibina dalam hal hafalan, namun juga kemampuannya yang lain. Contohnya, menjadi qari, dai, dan kemampuan sejenis.

Karo SDM Polda Sumsel Kombes Mustaqim menuturkan, ide merekrut para hafiz dan hafizah itu lahir setelah Mabes Polri memberlakukan inovasi dalam sistem perekrutan anggota Polri. Mabes Polri mengizinkan jajaran polda untuk merekrut polisi dari jalur prestasi. Baik prestasi olahraga, ilmu pengetahuan, maupun seni budaya.

Menurut Mustaqim, hafiz termasuk salah satu talenta yang tidak hanya hebat, namun juga mulia. Dia lalu meminta stafnya untuk berburu hafiz ke pesantren-pesantren di Sumsel. Hasilnya cukup memuaskan. ’’Ini adik-adik angkatannya (angkatan Husein cs) juga sedang dalam proses rekrutmen,’’ tuturnya.

Setelah hafalan enam hafiz tersebut tuntas, polda memiliki program untuk mengembalikan mereka bertugas di daerah asal. Dalam budaya masyarakat Sumsel, polisi yang berasal dari daerah setempat akan lebih mudah diterima masyarakat. Apalagi, polisi tersebut memiliki basis agama yang kuat.

’’Ini juga membuktikan bahwa masih banyak polisi yang baik,’’ lanjut perwira dengan tiga melati di pundak itu.
terpejam, namun bibirnya tidak putus melamatkan surah Al Baqarah ayat 104-105.
Read Post | komentar

Peras Seorang Sopir, Polisi Ini Murka Saat Ketahuan Direkam

Selasa, 11 Agustus 2015

Jurnalmuslim.com - “Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng,” begitulah lelucon satire Gus Dur tentang masih banyaknya perilaku menyimpang aparat penegak hukum tersebut.

Lelucon tersebut, tampaknya bisa mengiaskan perilaku oknum polisi yang marah-marah lantaran direkam pengendara mobil saat melakukan praktik pungutan liar (pungli) di jalan raya.

Rekaman video oknum polisi pemalak tersebut, diunggah seorang berakun Siti Aminah ke laman berbagai video Youtube.

"Bapak dari mana, bapak dari mana, pinggirkan dulu mobilnya pak," tutur polisi itu ke pengendara yang merekam aksi punglinya.

"Apa pak, apa pak, saya tidak mau minggir, saya mau jalan," tutur perekam video di dalam mobil.

"Bapak punya izin tidak? pinggirkan dulu mobilnya, bapak punya izin tidak (merekam)," balas sang polisi.

Tapi, si pengendara tak mau menggubris perintah polisi dan ia terus memacu kendaraannya kembali.

Peristiwa yang ada dalam rekaman ini, tampaknya terjadi di wilayah Jabodetabek, dilihat dari pelat nomor polisi kendaraan dan warna angkutan umum yang melintas.

Berikut videonya:

Read Post | komentar

"6 Fakta Ilmiah Tentang Jilbab", Tak Ada Alasan Muslimah Tak Berjilbab

Senin, 10 Agustus 2015

Jurnalmuslim.com - Seperti inilah Islam, jika Allah swt memerintahkan sesuatu pasti ada manfaatnya untuk kebaikan manusia. Dan setiap yang benar-benar manfaat dan diperlukan manusia dalam kehidupannya, pasti disyariatkan atau diperintahkan oleh-Nya. Diantara perintah Allah itu adalah berjilbab bagi wanita muslimah. Berikut ini beberapa manfaat berjilbab menurut Islam dan ilmu pengetahuan.

1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)

“Ada dua macam penghuni neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).

Imam An-Nawawi ra. menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

“Wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.

2. Terhindar dari pelecehan

Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW,

“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR. Bukhari).

Jikalau wanita pada jaman Rasul merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki padahal wanita pada jaman ini konsisten terhadap jilbab mereka dan tak banyak lelaki jahat saat itu, maka bagaimana wanita pada jaman sekarang? Tentunya akan menjadi target pelecehan. Hal ini telah terbukti dengan tingginya pelecehan di negara-negara Eropa (wanitanya tidak berjilbab).

3. Memelihara kecemburuan laki-laki

Sifat cemburu adalah sifat yang telah Allah SWT tanamkan kepada hati laki-laki agar lebih menjaga harga diri wanita yang menjadi mahramnya. Cemburu merupakan sifat terpuji dalam Islam.

“Allah itu cemburu dan orang beriman juga cemburu. Kecemburuan Allah adalah apabila seorang mukmin menghampiri apa yang diharamkan-Nya.” (HR. Muslim).

Bila jilbab ditanggalkan, rasa cemburu laki-laki akan hilang. Sehingga jika terjadi pelecehan tidak ada yang akan membela.

4. Akan seperti bidadari surga

“Dalam surga itu ada bidadari-bidadari yang menundukkan pandangannya, mereka tak pernah disentuh seorang manusia atau jin pun sebelumnya.” (QS. Ar-Rahman: 56).

“Mereka laksana permata yakut dan marjan.”(QS.Ar Rahman: 5).

“Mereka laksan telur yang tersimpan rapi.”(QS.Ash Shaffaat: 49).

Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga. Yaitu menundukkan pandangan, tak pernah disentuh oleh yang bukan mahramnya, yang senantiasa dirumah untuk menjaga kehormatan diri. Wanita inilah merupakan perhiasan yang amatlah berharga.

Dengan berjilbab, wanita akan memiliki sifat seperti bidadari surga.

5. Mencegah penyakit kanser kulit

Kanser adalah sekumpulan penyakit yang menyebabkan sebagian sel tubuh berubah sifatnya. Kanser kulit adalah tumor-tumor yang terbentuk akibat kekacauan dalam sel yang disebabkan oleh penyinaran, zat-zat kimia, dan sebagainya.

Penelitian menunjukkan kanser kulit biasanya disebabkan oleh sinar Ultra Violet (UV) yang menyinari wajah, leher, tangan, dan kaki. Kanser ini banyak menyerang orang berkulit putih, sebab kulit putih lebih mudah terbakar matahari.

Kanser tidaklah membeda-bedakan antara laki-laki dan wanita. Hanya saja, wanita memiliki daya tahan tubuh lebih rendah daripada laki-laki. Oleh karena itu, wanita lebih mudah terserang penyakit khususnya kanser kulit.

Oleh karena itu, cara untuk melindungi tubuh dari kanser kulit adalah dengan menutupi kulit. Salah satunya dengan berjilbab. Karena dengan berjilbab, kita melindungi kulit kita dari sinar UV. Melindungi tubuh bukan dengan memakai kerudung gaul dan baju ketat. Kenapa? Karena hal itu percuma saja. Karena sinar UV masih bisa menembus pakaian yang ketat apalagi pakaian transparan. Berjilbab disini haruslah sesuai kriteria jilbab.

6. Memperlambat gejala penuaan

Penuaan adalah proses alamiah yang sudah pasti dialami oleh semua orang yaitu lambatnya proses pertumbuhan dan pembelahan sel-sel dalam tubuh. Gejala-gejala penuaan antara lain adalah rambut memutih, kulit keriput, dan lain-lain.

Penyebab utama gejala penuaan adalah sinar matahari. Sinar matahari memang penting bagi pembentukan vitamin Dyang berperan penting terhadap kesehatan kulit. Namun, secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa sinar matahari merangsang melanosit (sel-sel melanin) untuk mengeluarkan melanin, akibatnya rusaklah jaringan kolagen dan elastin. Jaringan kolagen dan elastin berperan penting dalam menjaga keindahan dan kelenturan kulit.

Krim-krim pelindung kulit pun tidak mampu melindungi kulit secara total dari sinar matahari. Sehingga dianjurkan untuk melindungi tubuh dengan jilbab.

Jilbab adalah kewajiban untuk setiap muslimah. Dan jilbab pun memiliki manfaat. Ternyata tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya. Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanker dan proses penuaan.

Ternyata jilbab tak sekedar membawa manfaat ukhrawi namun banyak juga manfaat duniawinya.

Jilbab tak hanya sekedar menjaga iman dan takwa pemakainya, namun juga membuat kulit terlindungi dari penyakit kanser dan proses penuaan.

Demikianlah Allah memberi kasih sayangnya kepada wanita melalui syariat islam yang sempurna. [berbagaisumber]
Read Post | komentar

Muktamar Selesai, Ulil Abshar Gembira NU dan Muhammadiyah Dipimpin Tokoh Liberal

Sabtu, 08 Agustus 2015

Jurnalmuslim.com - Sementara banyak kalangan Islam prihatin NU dan Muhammadiyah dipimpin tokoh-tokoh yang ‘liberal’, tokoh Jaringan Islam Liberal, Ulil Abshar Abdalla gembira.

Dalam twitternya Ulil mengatakan: “NU dan Muhammadiyah dipimpin oleh Dr. Said Aqil Siradj dan Dr. Haedar Nasher. Dua figur yg berwawasan pluralis. Melegakan!”

Ulil melanjutkan: “Dr. Aqil Suradj disertasinya ttg Ibn Arabi. Dr. Haedar Nasher tentang gerakan salafi di Indonesia. Mantap!”

Aqil Siradj terkenal dengan faham pluralismenya dan ia sering menulis tentang tidak adanya perbedaan yang mendasar pada agama-agama. Aqil juga membiarkan faham liberal berkembang di kaum muda NU.

Karena itu tidak heran bila KH Hasyim Muzadi yang terkenal dengan anti pluralisme fan liberalisme, tidak setuju sampai saat ini kepemimpinan Aqil di NU. Selain masalah muktamar NU kemarin yang penuh denhan rekayasa, Hasyim juga banyak berbeda pandangan pemikiran Islam dengan Said Aqil.

Sementara itu Haedar Nashir dikritisi karena dalam buku–bukunya Haedar banyak mengkritisi gerakan-gerakan yang pro Syariat Islam.(Baca: NU dan Muhammadiyah Dipimpin “Tokoh Liberal”)

Haedar tidak atau hampir tidak pernah mengkritik tajam gerakan pluralisme yang membahayakan Islam. Padahal gerakan itu kini bercokol di Muhammadiyah, diantaranya gerakan Maarif Institute yang rajin mengampanyekan gerakan pluralismenya di Kompas. Wallahu a’lam.(*iz/sharia)
Read Post | komentar

Mereka ini Bukan Muslimah Berjilbab, Melainkan Yahudi "Frum"

Kamis, 06 Agustus 2015

Jurnalmuslim.com - Jika melihat sekilas, mungkin Anda berpikir mereka adalah muslim. Kalau iya, dugaan Anda salah. Memang ada beberapa muslim luar negeri yang memakai burqa.

Tapi untuk yang satu ini mereka buka muslim. Mereka adalah Yahudi. Yahudi sekte Haredi. Yahudi yang memakai kerudung yang mirip Muslim.

Wanita Yahudi Ultra-Ortodoks selalu merasa bangga mengenakan gaun sederhana. Wanita Yahudi Ultra-Ortodoks bangga berpakaian sopan agar tidak menarik perhatian orang-orang yang bukan suaminya.
Saat ini, beberapa sekte Yahudi ultra-Ortodoks, perempuan telah pergi ke tingkat yang baru kesopanan dengan menutup seluruh tubuh dan wajah mereka.
Menurut Wikipedia, sekte ini disebut “Haredi burka sekte” atau “ibu Taliban”. Banyak para gadis muda dari keluarga-keluarga ini berpakaian sama, kecuali untuk penutup wajah.

Sekte Yahudi ultra-Ortodoks ini sederhana, berpusat di Israel, di mana perempuan ultra-Ortodoks Yahudi merasa membutuhkan kain untuk menutupi seluruh tubuh burqa, termasuk cadar yang menutupi wajah.

Menurut Muslim Mirror, niqab burqa mereka disebut frumka, plesetan dari kata frum (fakir) dan burka. Sekte Yahudi ultra-Ortodoks ini, diperkirakan telah dimulai dengan sekitar 100 wanita pada tahun 2008, dan tumbuh tahun 2011

 Sejak kecil mereka sudah diajarkan memakai frumka.

 Sekitar 200 anggota dari sekte Yahudi – Kelompok Lev Tahor – telah pindah dari Kota Quebec ke Chatham, Ontario. Kelompok ini bekerja mendirikan rumah baru mereka.

 Anak-anak Yahudi ortodoks bersama orang tua di Chalham.
Read Post | komentar
 
© Copyright Tafsir Ibnu Katsir 2011 - Some rights reserved | Powered by Blogger.com.
Template Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates and Theme4all